Thursday, June 10, 2010

seorang sufi & ahli maksiat..subhanallah =(


Suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi oleh seseorang yang sudah sekian lama hidup dalam kemaksiatan, sering mencuri, selalu menipu, dan tak pernah bosan berzina. Orang ini mengadu kepada Ibrahim bin Adham, "Wahai tuan guru, aku seorang pendosa yang rasanya tak mungkin bisa keluar dari kubangan maksiat. Tapi, tolong ajari aku seandainya ada cara untuk menghentikan semua perbuatan tercela ini?" Ibrahim bin Adham menjawab, "Kalau kamu bisa selalu berpegang pada lima hal ini, niscaya kamu akan terjauhkan dari segala perbuatan dosa dan maksiat.

Pertama, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka usahakanlah agar Allah jangan sampai melihat perbuatanmu itu." Orang itu terperangah, "Bagaimana mungkin, Tuan guru, bukankah Allah selalu melihat apa saja yang diperbuat oleh siapapun? Allah pasti tahu walaupun perbuatan itu dilakukan dalam kesendirian, di kamar yang gelap, bahkan di lubang semut pun." Wahai anak muda, kalau yang melihat perbuatan dosa dan maksiatmu itu adalah tetanggamu, kawan dekatmu, atau orang yang kamu hormati, apakah kamu akan meneruskan perbuatanmu? Lalu mengapa terhadap Allah kamu tidak malu, sementara Dia melihat apa yang kamu perbuat?" Orang itu lalu tertunduk dan berkata,"katakanlah yang kedua, Tuan guru!"

Kedua, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka jangan pernah lagi kamu makan rezeki Allah." Pendosa itu kembali terperangah, "Bagaimana mungkin, Tuan guru, bukankah semua rezeki yang ada di sekeliling manusia adalah dari Allah semata? Bahkan, air liur yang ada di mulut dan tenggorokanku adalah dari Allah jua." Ibrahim bin Adham menjawab, "Wahai anak muda, masih pantaskah kita makan rezeki Allah sementara setiap saat kita melanggar perintahNya dan melakukan laranganNya? Kalau kamu numpang makan kepada seseorang, sementara setiap saat kamu selalu mengecewakannya dan dia melihat perbuatanmu, masihkah kamu punya muka untuk terus makan darinya?" "Sekali-kali tidak! Katakanlah yang ketiga, Tuan guru."

Ketiga, kalau kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, janganlah kamu tinggal lagi di bumi Allah." Orang itu tersentak, "Bukankah semua tempat ini adalah milik Allah, Tuan guru? Bahkan, segenap planet, bintang dan langit adalah milikNya juga?" Ibrahim bin Adham menjawab,"Kalau kamu bertamu ke rumah seseorang, numpang makan dari semua miliknya, akankah kamu cukup tebal muka untuk melecehkan aturan-aturan tuan rumah itu sementara dia selalu tahu dan melihat apa yang kamu lakukan?" Orang itu kembali terdiam, air mata menetes perlahan dari kelopak matanya lalu berkata, "Katakanlah yang keempat, Tuan guru."

Keempat, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, dan suatu saat malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu sebelum kamu bertobat, tolaklah ia dan janganlah mau nyawamu dicabut." Bagaimana mungkin, Tuan guru? Bukankah tak seorang pun mampu menolak datangnya malaikat maut?" Ibrahim bin adham menjawab, "Kalau kamu tahu begitu, mengapa masih jua berbuat dosa dan maksiat? Tidakkah terpikir olehmu, jika suatu saat malaikat maut itu datang justru ketika kamu sedang mencuri, menipu, berzina dan melakukan dosa lainnya?" Air mata menetes semakin deras dari kelopak mata orang tersebut, kemudian ia berkata, "Wahai tuan guru, katakanlah hal yang kelima."

Kelima, jika kamu masih akan berbuat dosa, dan tiba-tiba malaikat maut mencabut nyawamu justru ketika sedang melakukan dosa, maka janganlah mau kalau nanti malaikat Malik akan memasukkanmu ke dalam neraka. Mintalah kepadanya kesempatan hidup sekali lagi agar kamu bisa bertobat dan menambal dosa-dosamu itu." Pemuda itupun berkata, "Bagaimana mungkin seseorang bisa minta kesempatan hidup lagi, Tuan guru? Bukankah hidup hanya sekali? Ibrahim bin Adham pun lalu berkata, "Oleh karena hidup hanya sekali anak muda, dan kita tak pernah tahu kapan maut akan menjemput kita, sementara semua yang telah diperbuat pasti akan kita pertanggung jawabkan di akhirat kelak, apakah kita masih akan menyia-nyiakan hidup ini hanya untuk menumpuk dosa dan maksiat?" pemuda itupun langsung pucat, dan dengan surau parau menahan ledakan tangis ia mengiba, "Cukup, Tuan guru, aku tak sanggup lagi mendengarnya." Lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan Ibrahim bin Adham. Dan sejak saat itu, orang-orang mengenalnya sebagai seorang ahli ibadah yang jauh dari perbuatan-perbuatan tercela.

Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita bersama dalam menapaki setiap langkah kita selagi hidup di dunia.

sumber : http://hikmah-sufi.blogspot.com/2008/04/
seorang-sufi-dan-ahli-maksiat.html


Thursday, June 3, 2010





Sahabat jangan bosan dengan perjalanan dakwah ini, jalan yang telah biasa kita tempuhi selama ini. Jalan ini yang telah mendekatkan kita antara satu sama lain, jalan ini telah memberitahu kita siapa sebenarnya kawan dan siapa sebenarnya yang perlu dijadikan pengajaran. Sebuah perjalanan dakwah tidak akan sunyi dari pancaroba dan pahit getir ujian. Jangan engkau berundur dari denai yang menguji jiwa ini, maklum sajalah ia tidak menjanjikan apa-apa pangkat dan kehormatan untuk engkau berbangga, tidak pula memberikan sedikitpun gaji untuk engkau terima, dan tidak pula menjamin bahwa perjalanan ini mudah dan menyebabkan hati engkau akan menjadi tenang selalu.

Sahabat, jalan ini adalah jalan kita, bukankah engkau dahulu menyatakan dengan perasaan dan hati berkobar-kobar ingin meninggikan Islam di mata manusia?

Bukankah engkau dahulu pernah berikrar bersama-sama untuk sanggup mati sebagai syuhada’ di jalan mulia ini?

Kerana tidak semua manusia dapat dinilai kualitas dirinya sekiranya tidak mengalami ujian di dalam medan dakwah ini, benarkah kita ini hanya pandai berkata-kata mulut manis santun bicara, tetapi setelah datang panggilan jihad ini maka engkau mengundurkan diri dengan memberikan seribu satu alasan yang anak kecil pun boleh mereka-reka cerita dengannya.

Sahabat, coba engkau perhatikan dalam-dalam kata-kataku ini, coba buka laut fikirmu, benarkah perkataan bahwa engkau mengaku dirimu bersaudara dengan setiap Muslim dan Mukmin?

Sedangkan dirimu masih mencintai diri sendiri melebihi saudara-saudara kita?

Engkau sanggup tidur terlena di kasur empuk sedangkan ada saudara-saudara kita menjerit hati batinnya untuk belajar tentang Islam tetapi tiada orang yang ingin menyambut tangan-tangan yang memerlukan ini.

Di sana ada musuh yang tidak tega melihat Islam tertegak..
Di sana ada orang yang berpura-pura seperti api dalam sekam ingin melihat Islam itu hancur, dan mereka ketawa apabila orang Islam telah menanggalkan pakaian Islam di hati dan zahiriyyah mereka.

Dan ketika itu di dalam hatimu telah terjadi peperangan antara iman dan nafsumu yang menggelodak, sekiranya nafsu menabiri mata maka di dalam perjalanan dakwah ini engkau telah tertewas dan untuk kesekian kalinya ada saja jiwa lain yang seaqidah dengan kita turut bersama terkorban karena orang yang ditunggu untuk menyelamatkan mereka telah melarikan diri dari medan dakwah hanya kerana nafsu itu lebih berarti dari iman baginya...

Bagaimana diri ini sahabat, kita tidak lebih dari hamba Allah yang berjalan untuk singgah sebentar melepaskan lelah, dan dalam kelelahan itu ada saja tawaran yang menarik mata hati untuk tinggal lebih lama di situ padahal kita tahu perjalanan perlu diteruskan, dan tempat persinggahan itu tidak lama lagi akan hancur lebur.

Tidak perlulah aku mengulang lagi akan kisah kesedihan, kesakitan, keperitan dan kepenatan di jalan ini. Karena hanya mereka yang faham saja akan tersenyum riang dan tabah serta berazam untuk terus berada di jalan ini.

Biarlah usaha kita ini dipandang kecil...
orang memandang rendah...
tetapi Tuhan melihat kita dengan pandangan rahmat...
jiwa-jiwa kita dipayungi dengan iman dan Islam...
Ditakdirkan kita mati sebelum dapat mencapai cita-cita murni...
mudah-mudahan kita tidak sendirian ...
karena diri kita telah menyatu di dalam menolong agamaNya ini...
Sesunngguhnya tiada yang lebih tinggi dari Islam karena Islam itu adalah yang tertinggi...
Semoga Allah bersama-sama dengan kita... Aminn.


Source : jarumemas
Shared By Catatan Catatan Islami Pages